Skip to main content

Indonesian International Sustainability Forum (ISF) dengan salah satu Programnya menyelenggarakan TERA program: Collaborative Action for Mangrove Restoration dengan agenda mini talkshow yang membicarakan “Discussions on the critical importance of mangrove restoration, the pivotal role of the TERA program, and the power of collaboration in driving this essential environmental movement” di Warung Nusantara venue JCC, pada hari Jum’at, 6 september 2024.

TERA memiliki latar belakang tentang Perubahan iklim yang telah menjadi krisis global yang semakin mendesak, ditandai oleh naiknya permukaan laut, cuaca ekstrem, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Indonesia, dengan hutan bakau dan lamunnya yang luas, memiliki potensi yang signifikan untuk memimpin aksi iklim dengan memulihkan dan melindungi ekosistem ini.

Program TERA (Take Environmental Regenerative Action), yang diluncurkan oleh KADIN (Kamar Dagang dan Industri) Indonesia bekerja sama dengan beberapa organisasi: CarbonEthics, Earth Security, Earth Pledge dan Arunika Bumi Lestari, berfokus pada pelestarian dan pemulihan ekosistem mangrove, yang dimulai di Indramayu. Inisiatif ini sejalan dengan tujuan ISF untuk meningkatkan ketahanan iklim dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan, serta menempatkan Indonesia sebagai pemimpin dalam pengelolaan lingkungan.

Mini Talkshow TERA ini diisi oleh perwakilan para panelis: Ms. Chintya Dian Astuti, selaku Deputy Head of Permanent Committee for Planning and Evaluation of Watershed, Protected Forest and Mangrove-Indonesian Chamber of Commerce and Industry, Mr. Bimo Soewadji, selaku Chief Executive Officer, CarbonEthics, Mr. Heru Prama Yuda, selaku Senior Partnership Manager, Earth Security, Mr. Christopher, selaku Founder Earth Pledge, Mr. Erdonis Erdwan, selaku Director of Arunika Bumi Lestari dan dipimpin oleh Moderator Ms. Olla Levina – Miss Planet International Indonesia 2024.

Restorasi mangrove melalui program TERA menyoroti peran kunci kolaborasi dalam meningkatkan upaya penting aksi iklim. Salah satunya yaitu CEO dan salah satu pendiri Carbon Ethics, Bimo Soewadji. Beliau sangat senang menjadi bagian dari program TERA dan juga membawa nilai tambah berdasarkan pengalaman mereka. Dan mereka dimulai pada tahun 2019 sebagai pengembang proyek yang dimulai dari Blue Carbon.

“Lalu mengapa kami memilih? mengapa kami berkonsentrasi pada Blue Carbon di awal? Karena kami melihat Indonesia sebagai sebuah negara, kami selalu berbicara tentang potensi Indonesia di ISF,” ujar Bimo Soewadji

Blue Carbon pada proyek TERA ini memiliki cadangan karbon terbesar di dunia, yaitu 17%. Ya, ini terdiri dari Mangrove dan Seagrass dan khusus untuk mangrove dapat menyimpan 10 kali lebih tinggi, karbon daripada pohon-pohon yang ringan di ekosistem darat.

“Jadi karena untungnya mangrove juga tumbuh di pesisir laut. Itu selalu, sebagian besar basah, kan? Jadi itu mencegah dan juga meminimalisir oksidasi yang berasal dari tanah itu, secara ekonomi selalu begitu. Ada pemindaian oksidasi di dalam air asin. Berkat angrove yang berada di pesisir, laut, penyimpan karbon, sedimen. Jadi saya pikir ini sangat menarik. Dan juga, Indonesia memiliki 3,3 juta hektar hutan bakau. Dan juga dapat menyimpan lebih dari 3 miliar ton karbon. Potensi yang sangat besar bagi Indonesia. Dan juga ketika kita berbicara tentang krisis iklim. Jadi, ketika kami memulai CarbonEthics di awal, Sebagai anak muda juga, sangat berhati-hati tentang bagaimana kami bisa melawan krisis iklim,” ungkap Mr. Bimo Soewadji

Bimo juga menambahkan untuk menekankan pentingnya keterlibatan komunitas lokal dalam melindungi ekosistem mangrove, yang berada di sekitar tempat tinggal mereka. Edukasi dan fasilitasi diperlukan agar masyarakat memahami pentingnya menjaga mangrove dan mengetahui nilai ekonomi yang dapat dihasilkan, seperti produk dari mangrove dan peluang bisnis lainnya.

Dengan bekerja sama dengan 200 mitra bisnis selama lima tahun terakhir, mereka ingin menambahkan nilai pada program TERA dan menghasilkan dampak sosial melalui pengembalian investasi sosial. Bimo menutup dengan antusiasme untuk menyebarkan kesadaran akan potensi besar generasi Z dalam keberlanjutan lingkungan.

Mini talkshow ini menjadi sangat menarik karena salah satu panelisnya adalah seorang anak SMA, Christopher pendiri Earth Pledge. Christopher hadir sebagai sebagai anggota generasi muda atau gen Z yang memberikan perspektif tentang dampak dampak yang akan dirasakan. Ia menyoroti masalah yang dihadapi generasi Z, seperti kebingungan tentang cara berkontribusi pada proyek lingkungan, meskipun mereka sangat peduli dengan masa depan.

“Jadi, terkadang kita merasa tidak terarah, khawatir atau cemas, tapi sebenarnya solusinya ada di sana atau hampir ada dan itu ada dalam bentuk proyek-proyek seperti TERA, Itulah sebabnya saya memulai sebuah proyek yang disebut Earth Pledge, yang dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah ini secara langsung. Kami, Earth Pledge, dimaksudkan untuk membawa visibilitas proyek-proyek seperti TERA kepada semua orang, tetapi juga terutama Gen Z dan generasi muda dan idenya sederhana tetapi maksudnya jelas,” ujar Christopher

Untuk mengatasi tantangan transparansi dan aksesibilitas, ia juga mengusulkan penggunaan teknologi Blockchain untuk pemantauan proyek dan platform berbasis smartphone yang inklusif, memungkinkan semua pihak terlibat dengan lebih mudah.

Christopher juga telah menyampaikan rencananya untuk memperkenalkan Earth Pledge di Indonesia International Sustainability Forum,dengan menggaris bawahi kebutuhan akan visibilitas dan aksi nyata dalam upaya lingkungan, sambil menginspirasi generasi muda untuk ikut serta.

Leave a Reply

Close Menu

MULA by Galeria Jakarta
Jl. TB Simatupang Kav. 17,
Cilandak Barat, Jakarta – 12430

Phone : +62 817130267